segunung.com
Berita

Batik Segunung Tarik Atensi Mahasiswa Nusantara

Empat mahasiswi dari Papua, Nias, Toraja, dan Medan berpose mengenakan kain batik khas Segunung.

Kampung Adat Segunung memikat sekitar 40 mahasiswa dari berbagai pulau di Indonesia. Mereka menjadi peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya itu mengunjungi Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang tersebut, pada 17-18 Desember 2022. Salah satu yang membuat mahasiswa terpesona itu adalah sentra industri batik khas Segunung.

Para mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia itu memang diseleksi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi. Mereka harus kuliah selama satu semester di Untag Surabaya. Selain itu, mereka juga mengikuti Modul Nusantara, sebuah program pembelajaran kebinekaan selama empat bulan.

Nah, Kampung Adat Segunung dirasa pas sebagai tempat belajar keragaman Nusantara itu. Dusun asri di lereng Gunung Anjasmoro itu adalah sebuah ’’laboratorium’’ kebinekaan yang komplet. Mahasiswa bermalam di rumah warga. Mereka makan makanan khas warga desa. Juga mengamati kegiatan warga Segunung.

Kunjungan mahasiswa itu dikemas dalam bentuk Kontribusi Sosial sebagai pemungkas program Modul Nusantara. Mereka dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda-beda. Yakni kelompok Pendidikan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Teknologi Tepat Guna (TTG), dan kelompok Jurnalistik.

Salah satu UMKM yang cukup menarik perhatian adalah batik. Kain batik dari Kampung Adat Segunung punya ciri khas dan keunikan tersendiri. Motifnya khas. Sesuai dengan kekayaan dusun tersebut. Ada motif buah cengkih, kopi, durian, rebung, dan bebungaan. Motif itu dipadu dengan warna-warni yang kaya. Mencolok, tetapi elegan. Beda banget dengan batik khas Solo-Jogja yang cenderung kalem dalam balutan warna cokelat.

Para mahasiswa menjadi model dan mengaplikasikan batik khas Segunung untuk busana.

Salah satu tugas berat di Kampung Adat Segunung adalah membumikan potensi UMKM batik tersebut. Kini, masih ada satu kelompok pembatik dengan anggota sekitar 10 orang.

Meski begitu, para perajin batik itu tak redup. Karya-karya tetap tercipta. Berbagai pameran mereka hadiri. Promosi juga cukup oke, sampai menembus mal di Surabaya.

Harganya cukup terjangkau untuk sebuah produk seni. Batik tulis yang dicanting langsung dibanderol Rp 100-400 ribu. Bergantung kain dan kerumitan pola batik.

Nah, salah satu tugas mahasiswa dalam kontribusi sosial itu adalah mempromosikan batik khas tersebut. Melalui media sosial Instagram.

Karena itu, beberapa mahasiswa pun menjadi model dadakan. Empat lelaki dan empat perempuan. Mereka mengaplikasikan kain itu menjadi berbagai macam pakaian. Baik atasan atau bawahan. Mereka pun berpose bak fotomodel di kawasan Balai Ageng Giri Kedaton Kampung Adat Segunung. Tengoklah foto-foto mereka ini. Niscaya, Anda bisa tertarik mengunjungi Kampung Adat Segunung dan membeli produk-produk UMKM di tempat itu… (Mislan-Mahasiswa PMM asal Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara)

Related posts

Kampung Adat Segunung, Desa Wisata Alam dengan Kekuatan Budaya Lokal

adminsatu

“Omah Nenek” Penginapan di Kampung Adat Segunung dengan Nuansa Jawa

adminsatu

Rintik Hujan Menemani Kerja Bakti Merawat Sumber Mata Air di Kampung Adat Segunung

adminsatu